Bismillah, mamen, segala sesuatu terjadi atas ijin Allah,
قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Firman (Allah) Ta’âlâ, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan bisa memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allahlah yang memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima hidayah.” [Al-Qashash: 56]
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah berusaha sekuat tenaga untuk memberi hidayah kepada pamannya (ketika pamannya masih hidup), tetapi beliau tidak berhasil. Kemudian, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuk pamannya setelah kematian (paman)nya, tetapi beliau dilarang melakukan hal itu. Lalu, Allah Subhânahu menyebutkan bahwa Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang dia cintai. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak berkuasa untuk mendatangkan manfaat dan menolak bahaya sehingga batallah sikap bergantung kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam usaha mendapatkan manfaat dan menolak bahaya, lebih-lebih bergantung kepada selain beliau.
Allah Ta’âlâ mengatakan kepada Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam: sesungguhnya kamu tidak mampu memberi taufik untuk masuk Islam kepada orang yang kamu cintai, tetapi hal itu ada di tangan Allah. Dialah yang memberi taufik kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia yang lebih mengetahui orang-orang yang berhak mendapat hidayah dan orang-orang yang tidak berhak mendapat (hidayah).
Adapun hidayah dalam arti berdakwah dan memberikan keterangan, maka Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam kuasa atasnya. Allah berfirman,
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya engkau betul-betul memberi hidayah kepada jalan yang lurus.” [Asy-Syûrâ: 52]
Pada ayat ini terdapat dalil yang jelas bahwa Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki kekuasaan terhadap manfaat dan bahaya, tidak pula memberikan atau menghalangi, dan bahwa perkara itu semuanya ada di tangan Allah. Pada ayat ini terdapat bantahan terhadap orang-orang yang menyeru (meminta) Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam rangka menghilangkan kesulitan-kesulitan mereka dan memenuhi keperluan-keperluan mereka.
Dalam masyarakat kita, tersebar sholawat-sholawat yang berisi mengenai syair-syair pengakuan bahwa karena sebab Rosulullah terlepas segala ikatan keruwetan dan kesusahan serta memenuhi segala hajat.
Salam Sukses
Selamat Datang Bisnis Terbaru Ustadz Yusuf Mansur
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar